KASIH SAYANG AYAH
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering
mengajakmu bermain atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, bahwa setiap Ayah pulang
kerja dan dengan wajah lelah, Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang keadaanmu
dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat engkau masih seorang anak perempuan kecil, Ayah
mengajarimu naik sepeda. Setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan
roda bantu di sepedamu.
Kemudian Ibu bilang, “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu
roda bantunya”. Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah
kamu, bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu
mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan
yang baru, Ibu menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas, “kita
beli nanti, tidak sekarang”
Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin
kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru,
dan Ayah tahu ia tidak bisa membelikan yang kamu inginkan.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat
anaknya tersenyum?
Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang
sedikit membentak dengan berkata :“Sudah di bilang! kamu jangan minum air
dingin!”. Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja, Kamu mulai menuntut pada
Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan:
“Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena
bagi Ayah, kamu sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil
membanting pintu. Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak
marah adalah Ibu.
Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan
menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu.
Tapi lagi-lagi, dia harus menjagamu.
Ketika kamu menjadi gadis dewasa. Dan kamu harus pergi
kuliah dikota lain. Ayah harus melepasmu.
Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu?
Ayah hanya tersenyum sambil memberi sedikit nasehat, dan menyuruhmu untuk
berhati-hati. Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu
erat-erat.
Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut
matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik”.
Ayah melakukan itu semua agar kamu kuat.
Mungkin Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan
keadaanmu, tapi tahukah kamu, jika ternyata Ayah lah yang mengingatkan Ibu
untuk menelponmu?
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan
kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.
Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa
merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Ayah akan
tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja
berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai suatu saat, ada seorang Lelaki datang ke rumah dan
meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya. Ayah akan sangat berhati-hati
memberikan izin. Karena Ayah tahu bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan
posisinya nanti.
Dan akhirnya…. Saat Ayah melihatmu duduk di Pelaminan
bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun
tersenyum bahagia…..
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi
kebelakang dan menangis? Ayah menangis karena bahagia, sedih, bercampur haru.
kemudian Ayah berdoa. Dalam lirih doanya, Ayah berkata:
“Ya Alloh, Ya Tuhanku, Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Semoga ilustrasi di atas memberi gambaran tentang kasih
sayang ayah kita. Serta menambah semangat untuk berbakti kepada orang tua dan
membalas kasih sayang Ayah kita.